Thucydides’s Trap VS Nabila’s Trap

Bima Anditya
2 min readDec 4, 2022

--

Who’s rebalancing whom?

Akhir-akhir ini aku mencoba tidak makan sambil nonton YouTube. Kata Mama, aku harus biasakan menikmati makanan hingga saripatinya. “Biar lebih mindful dan bersyukur,” cetusnya.

Hm, benar juga. Tapi, sebagai generasi yang diasuh oleh YouTube, TikTok, Twitter, dan Instagram, tentu ini sangat sulit.

Namun, perlahan aku mulai bisa melakukannya. Memang benar rasanya lebih enak. Cuma kebiasaan menonton YouTube sambil makan, akhirnya kuganti dengan membaca.

Kadang cek Medium, HBR, portal berita, dan lain sebagainya. Rasanya beda. Aku jadi mengunyah nasi, tempe, sambal, sayur lodeh dan kata-kata.

Ada salah satu tulisan yang bikin rasa makananku jadi lebih sedap. Seseorang membahas tentang Peloponesian War dan Tuchydides Trap. Ini mengingatkanku saat kuliah.

Yang intinya cerita kenapa Sparta memutuskan berperang dengan Athena. Kata Tuchydides sih Athena terlihat kekuatannya makin meningkat. Lalu Sparta takut jika kemaslahatan city-state (re: negara-kota) mereka terpengaruh dan bisa hancur.

Sparta sih emang tak segan melawan siapa saja, lha wong mereka punya militer yang kuat pol. Cowok atau cewek melatih fisik hingga mantap.

Itulah kata Tuchydides, kalau ada negara yang meningkat kekuatannya dan menantang kekuatan yang sudah ada (status quo), maka peperangan jadi tak terhindarkan.

Ya, sepertinya ini sama bagaimana aku berkomunikasi dengan perempuan manis yang bernama Nabila. Sepertinya ia punya trap-nya sendiri.

Salah satunya, jika aku sedang marah padanya, aku justru dimarahi balik. Yang bikin kaget, marahnya bisa melampaui marahnya diriku.

Pertengkaran jadi tak terhindarkan. Secara kekuatan memang dia lebih jago dari segi apapun. Dimensi kekuatan rasional dan emosional bisa padu-padankan dengan apik.

Kalau itu diluncurkan padaku, di satu titik mentalku langsung menjadi sebesar biji sawi. Ciut.

Untungnya aku menemukan cara untuk berdamai. Bukan dengan metode Peace of Nicias, Treaty of Linggarjati, atau Treaty of Lisbon.

Ternyata kesepakatan damai kami bisa diraih dengan cara: makan dan duduk bersama. Karena setelah makan, semua hal yang menjadi pertengkaran ditemukan solusi yang actionable, relevant, specific, measureable, dan achieveable. Anjay.

Mungkin saja peperangan dan perselisihan yang terjadi di muka bumi ini berawal dari masalah perut.

Kalau saja para anggota dewan Sparta sudah pada makan dan duduk bersama Athena, sepertinya nggak perlu ada peperangan yang se-brutal itu.

Coste | 4 December 2022 | 21.26

--

--

Bima Anditya

A Wisdom-seeker. Find it through melody, words, and jokes.