Kita Ini Sipil, Anjing!

Bima Anditya
1 min readDec 20, 2022

--

Sepertinya SKCK tidak berlaku di kota ini. Semua adalah kriminil. Termasuk aku.

Tanpa mereka sadari, mereka semua pencuri.

Bahkan mencuri sampai nadi dompetmu tak berdetak lagi. Bahkan jejeran Pattimura saja diembat hilang tak kasat mata. Ya Allah.

Bahkan nih, ya, ruh-mu dicuri dan dikendalikan oleh yang ‘maha kuasa’.

Kuasa Tuhan? Tentu tidak, lebih dari itu cuy.

Lalu aku kira ini semua ada jalan keluarnya, ternyata jalannya diportal.

Ingin masuk? Bayar! Katanya uang lelah.

Faklah.

Buka jalan opportunity ternyata juga butuh uang. Mana duit tinggal lima gulden. Gajian tinggal 10 tahun lagi.

Iya, betul gajianku dibayar perdekade.

Kaus mulai terlihat basah karena ruangan panas sekali. Padahal ada kipas di atas kepala sipir itu.

“Kenapa tidak dinyalakan?” tanyaku.

Tak ada yang jawab, semua kebal-kebul. Lalu tiba-tiba,

“Itu bukan sembarang kipas. Itu pisang kipas, Mas” celetuk si bapak buncit diikuti iringan tawa koleganya.

Aku cuma senyum dan membatin, “Oposih cuk”.

Tiba giliran, eh lupa fotocopy akta kelahiran yang sudah dilegalisir. Disuruh datang besok lagi.

Tapi, kalau mau cepat bisa bayar 1,500 gulden. Hah mana ada duit sebanyak itu?

‘Kan sudah abis tadi untuk buka portal. Akhirnya aku mencuri untuk mendapatkan SKCK biar dapat pekerjaan.

Biar apa? Biar hidup, tolol!

Susahnya jadi sipil. Padahal sipil adalah sipir yang cadel. Hmm.

Ah gak tahu lah aku.

Jadi nggak heran banyak muda-mudi yang tangan kanannya pegang kopi susu kekinian, tapi tangan kirinya penuh sayatan.

Lalu tiap malam berteriak dengan penuh pasrah, “KITA INI SIPIL, ANJING!”

Reading Chamber | 20 December 2022 | 20.17 WIB

--

--

Bima Anditya

A Wisdom-seeker. Find it through melody, words, and jokes.