Choice Architecture

Bima Anditya
3 min readJul 27, 2023

--

Like it or not — as a consumer, we are being nudged.

Aku kira bebas memilih, ternyata….. xixixixi.

Sebenarnya aku gak mau cerita ini. Karena ini agak disturbing. Tapi, ini penting banget.

Jim Jones — seorang pendiri dan pemimpin People’s Temple di San Francisco. Kerennya ia memiliki ribuan pengikut. Tapi dia juga seorang bajingan.

Pada 1978, Jones dihadapkan oleh federal investigation karena ada laporan penganiaayaan anak dan tax evasion. Lalu tahu gak dia melakukan apa?

Dia mengajak seluruh pengikutnya meracun anak-anaknya. Jones sudah menyiapkan berliter-liter racun untuk jiwa-jiwa yang gak berdosa itu.

Beberapa protes. Beberapa menolak. Tapi mereka hanya bisa terdiam. Kenapa?

Karena ada banyak juga yang setia dengan Jones. Yang setia ini bahkan memaksa semua orang yang menolak itu untuk melakukan keinginan Jones.

Lalu? Social pressure itu, singkat cerita, membuat semua ayah-bunda mencekoki racun tanpa ampun pada anaknya. Kemudian ayah-bunda meminumkan racun itu pada dirinya sendiri.

Polisi menemukan tubuh mereka sudah terbaring dengan posisi ayah di kiri, anak di tengah, dan bunda di kanan sambil berpegangan tangan.

Kejadian itu aneh. Tapi, seperti biasa, banyak kumpulan manusia mencoba memahami fenomena yang remek ini.

Ternyata manusia memiliki bias dan blunder nya sendiri. Dalam konteks Jones si Bangsat ini, ternyata keputusan manusia dipengaruhi juga oleh kawanannya. Following the herd.

Misalnya semua orang terdekat pakai iPhone, jadi pengen beli iPhone. Alasannya biar kalau kirim foto bisa airdrop. Gak perlu via WA. Padahal gak butuh-butuh amat.

Misalnya orang-orang pakai Corkcicle (tumbler apaansih kok mahal banget), semua orang jadi beli juga. Dan banyak contoh lainnya.

Akhirnya timbulah berbagai banyak penelitian tentang proses bagaimana manusia mengambil keputusan dan mungkinkah seseorang mempengaruhi keputusan orang lain?

Ternyata memungkinkan sekali. Semua dikupas tuntas dalam buku Nudge: Improving Decisions About Health, Wealth, and Happiness karya Thaler & Sunstein.

Sebuah konsep “Choice Architecture” diperkenalkan. Konsep itu bagian besar dari magnum opus Nudge Theory-nya. Ia terinspirasi dari Donald Norman (1990) The Design of Everyday Things.

Intinya selama manusia diselimuti oleh limitasi kognitif dan biasnya sendiri, selama itu pula manusia bisa dipengaruhi untuk memilih keputusan tertentu.

Yang menarik adalah “Choice Architecture” bisa dilakukan oleh siapa saja dengan formula (1) understanding defaults; (2) expecting errors; (3) providing feedback; (4) understanding mappings; (5) structuring complex choice; dan (6) incentivizing.

Aku tidak akan membahas satu-satu semuanya. Akan ada tulisan lainnya untuk membahas itu semua stay tuned! Tapi yang paling kubaca berulang-ulang adalah structuring complex choice.

Sunstein mengatakan kalau kita pasti lebih mudah memilih rasa es krim dibanding memilih asuransi kesehatan. Soalnya asuransi pilihan asuransi ribet banget.

Itulah kenapa para “choice architect” yang baik adalah bagaimana menawarkan banyak pilihan yang terstruktur dengan syarat mudah dipahami dan dimengerti.

Struktur itu tapi harus ‘menggiring’ orang lain pada pilihan yang diinginkan. Ini dilakukan oleh Apple.

Coba buka website-nya. Punya pilihan banyak banget ‘kan? Tapi semua infonya mudah dipahami dan the most important thing adalah Apple ‘menggiring’ audience-nya untuk membuka laman “iPhone”.

Ini semua lagi-lagi membuktikan kalau kita secara gak sadar ‘tergiring’ pada pilihan-pilihan yang ditawarkan oleh orang-orang yang jago banget ngebangun “Arsitektur Pilihan”.

Gak hanya korporasi, tapi pemerintah hingga individu bisa menjadi choice architect.

Banyak perdebatan juga sih dari karya Thaler & Sunstein ini. Bahkan dipertanyakan apakah etis ilmu ini? Kalau jatuh ke tangan yang jahat gimana?

Bahkan Sunstein dilabeli sebagai “the most dangerous man in America”.

Aku ingin banget menulis ini lebih panjang, tapi sayangnya aku harus mengejar transjakarta.

See you later.

Family Mart Menara Global | 27 Juli 2023 | 19.10 WIB

--

--

Bima Anditya

A Wisdom-seeker. Find it through melody, words, and jokes.